Makkiyah dan Madaniyah
“MAKKIYYAH
DAN MADANIYYAH”
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah “Studi
Al-Qur’an”, yang diampu oleh:
Dr.
H. Abad Badruzaman, Lc., M. Ag.
NIP. 19730804 200012 1 002
![]() |
Disusun oleh:
BINTI NURJANAH
NIM. 175115006
MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM (MPI) 1B
PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, serta
hidayah-NYA kepada kita semua sehingga kami telah menyelesaikan tugas “Studi
Al-Qur’an”
Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang, yakni agama islam.
Dengan
terselesaikannya makalah ini tidak lupa
kami sampaikan terima kasih kepada :
1.
Dr.
Maftukhin, M.Ag selaku Rektor
IAIN Tulungagung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
mengumpulkan data sebagai bahan penulisan makalah.
2.
Prof.
Dr. H. Achmad Patoni, M.Ag, selaku direktur Pascasarjana yang selalu memberikan
dorongan semangat dalam mengemban ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
3.
Dr. H. Abad Badruzaman, Lc., M. Ag., yang
telah membimbing saya
dalam menyelesaikan makalah ini.
4.
Admisi
pendidikan IAIN
Tulungagung
Semoga segala bantuan dan bimbingan
mendapat balasan dari Allah SWT, dengan harapan semoga makalah ini, dapat
bermanfaat bagi semua pihak, serta mohon maaf atas kekurangan yang ada pada
makalah ini. Maka kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini tentu kami
harapakan dari semua pihak.
Tulungagung, 02 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover............................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar Isi..................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang......................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................... 2
C.
Tujuan Masalah........................................................................ 2
D.
Batasan Masalah...................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
A.
Pengertian Makkiyyah
dan Madaniyyah................................. 3
B.
Klasifikasi Ayat-ayat dan Surah-surah
al-Qur’an................... 4
C.
Ciri-ciri khas Ayat-ayat Makkiyyah dan Manadiyyah............. 7
D.
Urgensi Mempelajari dan Mengetahui Makkiyyah
dan Madaniyyah 10
E.
Manfaat Mempelajari Makkiyyah dan Madaniyyah
dalam Kaitannya dengan Pendidikan 11
BAB III. PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................ 13
B.
Saran...................................................................................... 15
Daftar Rujukan
|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua
bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan pemikiran dan sendi-sendi
kebudayaannya. Demikian juga umat Islam amat memperhatikan kelestarian risalah
Muhammad yang memuliakan semua umat manusia. Oleh sebab itu kita dapati para
pengemban petunjuk yang terdiri atas para sahabat, tabi’in dan generasi
sesudahnya meneliti dengan cermat tempat turunnya Qur’an ayat demi ayat, baik
dalam hal waktu ataupun tempatnya.[1]
Seorang
alim bernama Abu Al-Qasim Al-Nisaburiy pernah berkata: “Ilmu-ilmu Al-Qur’an
yang paling mulia, diantarannya adalah mengenai nuzulnya, tempat dan urutan
(ayat) yang turun di Mekah dan Madinah, ayat yang turun di Mekah hukumnya Madaniyyah,
ayat yang turun di Madinah hukumnya Makkiyyah, ayat yang turun di
Mekah tentang penduduk Madinah, ayat yang turun di Madinah mirip dengan Makkiyyah,
ayat yang turun di Juhfat, ayat yang turun di Bait Al- Maqdis, ayat yang turun
di Thaif, ayat yang turun di Hudaibiyah, ayat yang turun di malam hari, ayat
yang turun di siang hari, ayat yang turun disaksikan sejumlah malaikat, ayat
yang turun tanpa disaksikan sejumlah malaikat, ayat-ayat Madaniyyah di
surah-surah Makiyyah, ayat-ayat Makiyyah di surah-surah Madaniyyah,
ayat-ayat yang dibawa dari Mekah ke Madinah, ayat-ayat yang dibawa dari Madinah
ke Mekah, ayat-ayat yang dibawa dari Madinah ke Habsyah, ayat-ayat yang turun
secara global, ayat-ayat yang turun berikut tafsirnya, dan ayat-ayat yang
status kategorinya diperselisihkan; sebagian mengatakan Madaniyyah dan
sebagian lainnya mengatakan Makkiyyah”.[2]
Pada
umumnya, para pakar ‘Ulum Al-Qur’an membahas permasalahan ini dalam
suatu maudhu’ yang lazim disebut Makkiyyah dan Madaniyyah.[3]
Kita
sebagai umat Islam seharusnya mengenal, memahami dan menguasai arti penting
Al-Qur’an lebih jauh, sekaligus dua puluh permasalahan yang diungkapkan oleh
Abu Al-Qasim. Karena Al-Qur’an merupakan Kitabullah, Mukjizat Islam yang
kekal. Jika kita sebagai umat Islam tidak bisa memahami dan menguasai, pasti
kesulitan dalam mendalami Al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Makkiyyah
dan Madaniyyah?
2. Bagaimana Klasifikasi Ayat-ayat dan
Surah-surah al-Qur’an?
3. Bagaimana Ciri-ciri khas Ayat-ayat Makkiyyah
dan Madaniyyah?
4. Bagaimana Urgensi Mempelajari dan
Mengetahui Makkiyyah dan Madaniyyah?
5. Bagaimana Manfaat Mempelajari Makkiyyah
dan Madaniyyah dalam kaitannya dengan pendidikan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Makkiyyah
dan Madaniyyah
2. Untuk mengetahui Klasifikasi Ayat-ayat
dan Surah-surah al-Qur’an
3. Untuk mengetahui Ciri-ciri khas
Ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah
4. Untuk mengetahui Urgensi Mempelajari dan
Mengetahui Makkiyyah dan Madaniyyah
5. Untuk mengetahui Manfaat Mempelajari Makkiyyah
dan Madaniyyah dalam kaitannya dengan pendidikan
D. Batasan Masalah
Dalam makalah ini hanya membahas:
Pengertian Makkiyyah dan Madaniyyah, Klasifikasi Ayat-ayat dan
Surah-surah al-Qur’an, Ciri-ciri khas Ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah,
Urgensi Mempelajari dan Mengetahui Makkiyyah dan Madaniyyah serta
Manfaat Mempelajari Makkiyyah dan Madaniyyah dalam kaitannya
dengan pendidikan.

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Makkiyyah dan Madaniyyah
Makki
adalah nisbah pada Mekah dan Madani adalah
nisbah pada Madinah. Tetapi dalam menetapkan ayat-ayat Makkiyyah dan ayat-ayat Madaniyyah para
ulama berpendapat ada tiga macam ketentuan yang masing-masing mempunyai dasar
sendiri, yaitu berdasarkan tempat turunnya ayat, berdasarkan sasaran (khitab)
ayat, dan berdasarkan waktu turunnya ayat.[4]
1.
Berdasarkan
tempat turunnya ayat
Makkiyyah adalah
surah-surah atau ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Saw ketika
sedang berada di Makkah atau sekitarnya, baik sebelum beliau berhijrah ke Madinah
atau sesudahnya. Sedangkan Madaniyyah adalah surah-surah atau ayat-ayat
al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan daerah sekitarnya.[5]
2.
Berdasarkan
sasaran (khitab) ayat
Makkiyyah adalah
ayat-ayat yang menjadi kitab bagi orang-orang Mekah. Sedangkan Madaniyyah adalah
ayat-ayat yang menjadi kitab bagi orang-orang Madinah.[6]
Para pendukung ketentuan ini juga
menetapkan bahwa ayat yang mengandung seruan kepada semua manusia (ya
ayyuhan nas) adalah Makki dan yang mengandung seruan kepada
orang-orang yang beriman (ya ayyuhallazina amanu) adalah Madani.[7]
3.
Berdasarkan
waktu turunnya ayat
|
Dasar
ketentuan ketiga ini adalah yang paling masyhur dan banyak diikuti para ulama,
karena pembagian Makki dan Madani lebih didasarkan pada
periodisasi dakwah. Ayat-ayat Makkiyyah yang diturunkan sebelum hijrah
lebih menekankan pada akidah tauhid dan pembentukan akhlak, sedangkan ayat-ayat
Madaniyyah yang diturunkan setelah hijrah lebih menekankan pada ibadah
dan hukum. Gaya bahasa ayat-ayat Makkiyyah juga berbeda dengan gaya
bahasa ayat-ayat Madaniyyah yang bersifat lugas dan mantap karena
memberi penjelasan tentang hukum. Sedangkan ayat-ayat Makkiyyah lebih
bersifat retorika, banyak mengandung keindahan
bahasa, mengandung balagah yang tinggi dan sering kali puitis.[9]
B. Klasifikasi Ayat-ayat dan Surah-surah
al-Qur’an
Para
ulama sepakat bahwa secara garis besar surah-surah dalam al-Qur’an dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Makkiyyah dan Madaniyyah.
Namun demikian, mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing
kelompoknya. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa jumlah surah Makkiyyah
adalah 94 surah, sedangkan surah Madaniyah berjumlah 20 surah.
Sebagian lagi ada yang mengatakan, jumlah surah Makkiyyah sebanyak 84
surah dan Madaniyyah adalah 30 surah.[10]
Menurut
Abdullah Syihhatah, surah-surah al-Qur’an yang disepakati para ulama sebagai Makkiyyah
adalah 82 surah, sedang yang disepakati Madaniyah sebanyak 20 surah.
Selebihnya 12 surah masih diperbincangkan mengenai status ke-Makkiyyah-annya
dan ke-Madaniyyah-annya.[11]
Perbedaan
dalam hal yang disebutkan terakhir ini disebabkan oleh adanya sebagian dari
surah-surah itu seluruh ayat-ayatnya adalah Makkiyyah dan Madaniyyah dan
terdapat beberapa surah lainnya yang digolongkan ke dalam surah Makkiyyah atau
Madaniyyah tetapi di dalamnya ditemukan beberapa ayat yang statusnya
berbeda. Atas dasar itulah, maka surah-surah dalam al-Qur’an dapat di
klasifikasikan menjadi empat, yaitu:
Pertama,
surah-surah yang keseluruhan ayat-ayatnya Makkiyyah,
tidak terdapat didalamnya satupun dari ayat Madaniyyah. Surah-surah yang
termasuk kategori ini berjumlah 58 surah. Surah-surah yang dimaksud adalah
surah al-Fatihah (1), Yunus (10), al-Ra’d (13), al-Anbiya’ (21), al-Mukminun
(23), al-Naml (27), Shad (38), Fathir (35), dan surah-surah dalam juz ‘amma mulai
dari surah al-Naba’ (78) sampai dengan surah al-Nas (114).
Kedua, surah-surah yang keseluruhan
ayat-ayatnya Madaniyyah, yang tidak terdapat di dalamnya ayat-ayat Makkiyyah.
Surah-surah yang berstatus Madaniyyah ini adalah sebanyak 18 surah.
Surah-surah yang dimaksud adalah Al-Imran (3), al-Nisa’ (4), al-Nur (24),
al-Ahzab (33), al-Hujurat (49), al-Mumtahanah (60), al-Munafiqun (63)
Ketiga,
surah-surah Makkiyyah tetapi di dalamnya
terdapat ayat Madaniyyah; yaitu surah-surah yang sebagian besar
ayat-ayatnya adalah Makkiyyah, sehingga berstatus sebagai surah Makkiyyah
namun di dalamnya dapat dijumpai satu atau dua ayat yang dinisbatkan kepada
Madaniyyah. Surah-surah yang termasuk ke dalam kategori ini lebih kurang
berjumlah 32 surah, antara lain; al-An’am (6), al-A’raf (7), Hud (11), Yusuf
(12), Ibrahim (14), al-Furqan (25), al-Zumar (39), al-Syura (42), al-Waqi’ah
(56) dll.
Keempat,
Surah-surah Madaniyyah yang di dalamnya ada
ayat Makkiyyah,; yaitu surah-surah yang kebanyakan ayat-ayatnya
berstatus Madaniyyah tetapi di dalamnya terdapat satu atau dua ayat yang
dinisbatkan kepada Makkiyyah. Surah-surah yang termasuk ke dalam
kategori ini ada enam surah; yaitu surah al-Baqarah (2), al-Maidah (5),
al-Anfal (8), al-Taubah (9), al-Hajj (22), dan surah Muhammad (47). Surah yang
disebutkan terakhir ini juga dinamakan surah al-Qital.[12]
Terkait
dengan klasifikasi ayat-ayat dan surah-surah al-Qur’an itu, dapat dikemukakan
dasar-dasar dilakukannya pengklasifikasian tersebut, sehingga tampak sebagaimana
dijelaskan di atas. Dasar-dasar dimaksud adalah dapat disimak dalam dua hal
sebagai berikut yaitu:
1.
Dasar
mayoritas, yakni suatu surah bila kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makkiyyah, maka
dikategorikan atau disebut sebagai surah Makkiyyah. Sebaliknya, bila
kebanyakan dari surah itu ayat-ayatnya adalah Madaniyyah, maka surah
tersebut termasuk kategori surah Madaniyyah.[13]
2.
Dasar
konstitusi, yakni di mana permulaan dari sesuatu surah diawali dengan ayat-ayat
Makkiyyah, maka surah-surah yang demikian dikategorikan sebagai surah Makkiyyah.
Begitu pula sebaliknya, bila awal dari sesuatu surah menampilkan
masalah-masalah hukum, maka ia disebut sebagai surah Madaniyyah.[14]
Selanjutnya
untuk dapat mengetahui dan menentukan ayat-ayat dan surah-surah Makkiyyah
dan atau Madaniyyah para ulama’ bersandar kepada dua cara, yaitu:
1. Naqli al-Sima’I (dinukilkan
secara lisan). Cara ini dilakukan melalui periwayatan dari salah seorang
sahabat yang hidup pada saat turunnya wahyu al-Qur’an dan disaksikannya ayat
al-Qur’an itu diturunkan. Atau dapat juga periwayatan itu dinukil dari salah
seorang tabi’in (generasi kedua setelah Nabi Saw.) yang telah mendengar dan
menerima secara langsung dari sahabat bagaimana, di mana, dan kapan serta
peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu.
2. Qiyasi-Ijtihadi. Cara
ini didasarkan hasil pengamatan terhadap cirri-ciri Makkiyyah dan Madaniyyah.
Apabila dalam surah Makkiyyah itu terdapat sesuatu ayat yang mengandung
sifat atau peristiwa Madaniyyah, maka dikatakanlah ia itu sebagai Madaniyyah.
Sebaliknya, apabila dalam surah Madaniyyah itu dijumpai suatu ayat
yang mengandung sifat atau peristiwa Makkiyyah, maka ayat tadi dikatakan
sebagai ayat Makkiyyah. Bila dalam suatu surah terdapat cirri-ciri Makkiyyah,
maka surah itu dinamakan surah Makkiyyah. Sebaliknya, bila dalam
suatu surah terdapat cirri-ciri Madaniyyah, maka surah itu dinamakan
surah Madaniyyah. Inilah yang disebut dengan istilah qiyasi-ijtihadi.[15]
Oleh karena itu, para ahli mengatakan, setiap surah yang di dalamnya mengandung
kisah para nabi dan umat-umat terdahulu maka surah itu adalah masuk ke dalam
kategori Makkiyyah. Selanjutnya, setiap surah yang di dalamnya
menerangkan mengenai kewajiban atau ketentuan-ketentuan di dalam beribadah dan
bermu’amalah, maka surah itu adalah masuk ke dalam kategori surah Madaniyyah.
[16]
Demikian
pandangan para ulama’ tentang pengklasifikasian ayat-ayat dan surah-surah Makkiyyah-Madaniyyah.
C. Ciri-ciri khas Ayat-ayat Makkiyyah dan
Madaniyyah
Para
ulama’ telah meneliti surah-surah Makkiyyah dan Madaniyyah, dan
menyimpulkan beberapa ketentuan analogis bagi keduanya, sehingga dapat
ditemukan dan ditentukan ciri-ciri khas masing-masing baik dari segi gaya
bahasa maupun dari segi persoalan-persoalan yang dibicarakannya, dan dari situ
pula dapat dihasilkan ketentuan-ketentuan berupa dlawabith dan mumayyizat.
Yang dimaksud dengan dlawabith di sini adalah karakter-karakter
lafal, sedangkan yang dimaksud dengan mumayyizat adalah
karakter-karakter dari segi gaya bahasa, makna-makna dan tujuan-tujuan
surah-surah Makkiyyah dan Madaniyyah.[17]
Karakter-karakter
dari surah Madaniyyah adalah dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Karakter-karakter surah Makkiyyah dari
segi lafal
Di antara
karakter-karakter dari surah Makkiyyah dari segi lafalnya adalah
a) Setiap surah yang di dalamnya terdapat
lafal “kalla”. Lafal “kalla” dikemukakan sebanyak 33 kali dalam
15 surah, yang sebagian besar berada pada surah-surah bagian akhir dari al-Qur’an.
b) Setiap surah yang di dalamnya terdapat
ayat-ayat sajdah. Di dalam al-Qur’an terdapat 15 ayat sajdah yang
terbesar pada 14 surah.
c) Setiap surah yang memuat kata atau
lafal: ya ayyuhan-nas
d) Setiap surah yang dibuka dengan
huruf-huruf muqaththa’ah seperti Alif-Lam-Mim, Alif-Lam-Ra, Ha-mim,
Ta-Ha dan sebagainya,
e) Setiap surah yang dibuka ataudiawali
dengan qasam (sumpah). Dari sekian banyak surah dalam al-Qur’an,
terdapat 15 surah yang diawali dan atau di dalamnya terdapat sumpah.
2. Karakter-karakter dari surah-surah Makkiyyah
dari segi gaya bahasa, kontent dan tujuan-tujuannya adalah sebagai berikut:
a) Ayat-ayat dan surah-surahnya
pendek-pendek dibarengi dengan nada-nada yang keras, dan kuatnya pilihan diksi
serta peristiwa yang dihadirkan dalam kalimat. Ringkasnya ayat-ayat atau
ungkapan-ungkapan tersebut disertai dengan sempurnanya makna dan keindahannya.
b) Mengajak kepada tauhid dan beribadah
hanya kepada Allah, pembuktikan terhadap risalah kenabian, menginformasikan
mengenai hari kiamat dengan segala peristiwanya seperti: kebangkitan dan
pembalasannya berupa neraka dengan segala siksaan, surga dengan segala
kesenangan dan kenikmatannya.
c) Penetapan ketentuan-ketentuan umum bagi
perundang-undangan baik dalam kaitannya dengan ibadah maupun mu’amalah sebagai
dasar terbentuknya suatu masyarakat.
d) Menampilkan rincian kisah-kisah para
Nabi dan umat-umat terdahulu, menjelaskan usaha dan ajakan para Nabi dan Rasul
terdahulu yang berupa akidah, sikap-sikap umat-umat mereka, menjelaskan tentang
azab-azab atau siksa di dunia yang diturunkan kepada para pendusta agama Allah
sebagai balasan dan ganjaran bagi mereka.
e) Ayat-ayatnya menampilkan kisah mengenai
peristiwa Adam dan Iblis sebagai antisipasi bagi manusia agar tidak tergoda dan
terpedaya oleh tipu daya Iblis terkutuk tersebut, sebagaimana Adam dahulu
pernah diperdayakannya, kecuali kisah Adam dan Iblis yang terdapat dalam surah
al-Baqarah (2).[18]
Adapaun
karakter-karakter dari surah Madaniyyah adalah dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Karakter-karakter surah Madaniyyah dari
segi lafal adalah:
a) Setiap surah yang ayatnya memuat lafal: ya
ayyuhallazina amanu.
b) Surah-surahnya umumnya menyinggung atau
memuat mengenai orang-orang munafik, dalam hal sifat-sifat dan
perbuatan-perbuatan mereka serta cara-cara untuk menyikapinya.
c) Setiap surah yang didalamnya menampilkan
batasan-batasan mengenai masalah-masalah hukum pidana, seperti: tindak pidana
pencurian, perampokan, pembunuhan, penyerangan, perzinaan, tuduhan melakukan
zina, pemurtadan, dan lain-lain.
d) Kebanyakan surah dan ayat-ayatnya
panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan syariat serta
menjelaskan tujuan dan sasarannya. Di antara tujuan dan sasarannya adalah
dakwah kepada orang-orang yahudi dan nasrani mengenai penyimpangan mereka dari
akidah yang sebenarnya.
2. Karakter-karakter surah-surah Madaniyyah
dari segi gaya bahasa dan kontentnya adalah sebagai berikut:
a) Surah-surah Madaniyyah pada
umumnya berisi atau berbicara mengenai penetapan hukum-hukum syari’ah, ibadah, mu’amalah,
sanksi-sanksi dan kewajiban-kewajiban serta hukum jihad dan atau social
kemasyarakatan, dan lain sebagainnya.
b) Surah-surah Madaniyyah berbicara
masalah orang-orang munafik dalam hal sifat-sifat mereka, dengan menguak
rahasia-rahasiannya. Dalam surah Madaniyyah ini, al-Qur’an juga
menjelaskan bahaya-bahaya mereka terhadap Islam dan kaum muslimin serta
memaparkan secara rinci media-media, hasutan-hasutan, di samping strategi
mereka untuk memperdayakan kaum muslimin.
c) Surah-surah Madaniyyh menampilkan
sosok orang-orang ahl al-kitab, yahudi-nasrani, dengan menjelaskan
kekeliruan dan penyelewengan mereka terhadap agama Allah yang mereka peluk dan
kitab-kitab Allah yang mereka ubah. Mereka selalu melakukan perbuatan licik,
memperdaya Islam sebagai wujud dari sikap iri hatinya terhadap keunggulan
Islam.
d) Surah-surah Madaniyyah berisi
mengenai hukum-hukum kemasyarakatan, kenegaraan, seperti mengutamakan
prinsip-prinsip musyawarah, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan, pergaulan,
dan lain sebagainya.
e) Surah-surah Madaniyyah berisi
hukum-hukum keluarga mengenai masalah nikah, talak, hadlanah, nafkah dan
sebagainya. Selain itu, juga berbicara mengenai hukum-hukum dalam bermuamalah,
antara lain: masalah-masalah jual beli, sewa menyewa, hutang piutang, gadai dan
lain sebagainya.[19]
Itulah
cirri-ciri atau karakter-karakter khas dari surah-surah atau ayat-ayat Makkiyyah
dan Madaniyyah dari segi lafal maupun gaya bahasa dan kontent serta
makna-maknannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa al-Qur’an sangat memperhatikan
perbedaan budaya antara penduduk Makkah dan penduduk Madinah.
D. Urgensi Mempelajari dan Mengetahui Makkiyyah
dan Madaniyyah
Mempelajari
dan mengetahui surah-surah dan ayat-ayat Makkiyyah-Madaniyyah baik dari
segi lafal maupun makna dan isinya sangat penting artinya akan memberikan
manfaat yang sangat berarti bagi setiap orang. Karena dengan keduanya,
sesungguhnya dapat membantu mengetahui lebih jauh makna dari keberadaan
al-Qur’an sebagai kitab yang berisi petunjuk dan bimbingan bagi manusia.[20]
Berikut
ini manfaat dan kegunaan mempelajari Makkiyyah-Madiyyah, diantaranya:
1. Membantu dalam menafsirkan ayat-ayat
al-Qur’an, karena mengetahui masa dan tempat turunnya ayat al-Qur’an dan
situasi yang terjadi pada saat turunnya ayat al-Qur’an, memberi pemahaman lebih
jelas tentang latar belakang turunnya ayat tersebut sehingga dapat lebih
memahami dan menafsirkannya secara lebih tepat.
2. Meresapi gaya bahasa al-Qur’an untuk
dimanfaatkan dalam metode dan pelaksaan dakwah sebagaimana dilaksanakan
Rasulullah Saw karena situasi yang berbeda mempunyai karakter metode dan gaya
bahasa yang berbeda. Karakteristik gaya bahasa Makki dan Madani
dalam al-Qur’an memberikan bekal yang sangat berharga bagi orang yang
mempelajarinya untuk melakukan pendekatan dan metode yang sesuai dengan keadaan
lawan bicara sehingga lebih mampu menguasai pemikiran dan perasaan mereka serta
mengatur dirinya dengan penuh kebijaksaan.
3. Mengetahui sejarah hidup Nabi dan
tahapan-tahapan dakwah yang beliau laksanakan, baik pada periode Mekah maupun
periode Medinah, sejak turun wahyu yang pertama hingga ayat yang terakhir.
Al-Qur’an adalah sumber pokok dalam kehidupan Rasulullah, yang memberi kata
putus segala persoalan yang beliau hadapi.[21]
E. Manfaat Mempelajari Makkiyyah dan
Madaniyyah dalam Kaitannya dengan Pendidikan
Guru
merupakan peran utama dalam pendidikan, sekaligus kunci keberhasilan dalam
proses pembelajaran. Dalam surah-surah atau ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyah
dapat kita ambil mamfaat yang berkaitan dengan proses belajar mengajar,
yaitu:
1.
Segi
bahasa menyampaian materi haruslah lugas dan mantap (tidak ragu”). Karena dapat
membangkitkan perhatian siswa dalam mendengarkan penjelasan guru. Dalam
surah-surah atau ayat-ayat Makkiyyah menggunakan bahasa yang ringkas dan
padat, sedangkan Madaniyyah menggunakan bahasa yang puitis (keindahan
bahasa) atau lebih rinci.
2.
Memahami
perbedaan sifat dan karakter siswa. Oleh karena itu dalam pengajaran guru
ditunutut untuk menggunakan berbagai metode belajar misal: metode ceramah,
eksperimen, pemberian tugas, diskusi, latihan dll. Dalam segi sasaran,
surah-surah atau ayat-ayat Makkiyyah yang dimana seruannya ditujukan kepada
penduduk Mekah yaitu lafal “ya ayyuhan nas”. Begitupun juga dengan
surah-surah atau ayat-ayat Madaniyyah yang dimana seruannya ditujukan
kepada penduduk Madinah yaitu lafal “ya ayyuhallazina amanu”.
Ilmu
Makkiyyah dan Madaniyyah merupakan salah satu bagian dari
ilmu-ilmu al-Qur’an. Sehingga sangat penting untuk dipelajari dan diterpkan
dalam kehidupan sehari-hari. Karena al-Qur’an merupakan pedoman dan petunjuk
bagi umat Islam.
|
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Makkiyyah dan
Madaniyyah
a) Berdasarkan tempat turunnya ayat
Makkiyyah
adalah surah-surah atau ayat-ayat al-Qur’an yang
diturunkan kepada Nabi Saw ketika sedang berada di Makkah atau sekitarnya, baik
sebelum beliau berhijrah ke Madinah atau sesudahnya. Sedangkan Madaniyyah adalah
surah-surah atau ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan daerah
sekitarnya.
b) Berdasarkan sasaran (khitab) ayat
Makkiyyah
adalah ayat-ayat yang menjadi kitab bagi orang-orang
Mekah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab bagi
orang-orang Madinah
c) Berdasarkan waktu turunnya ayat
Disebut
Makki jika diturunkan sebelum hijrah karena sebelum hijrah Nabi
berdomisi atau bertempat tinggal di Mekah. Sedangkan ayat-ayat yang turun
sesudah hijrah disebut Madani, karena pusat kegiatan Nabi setelah hijrah
di Madinah
2. Klasifikasi Ayat-ayat dan Surah-surah
al-Qur’an
a) Surah-surah yang keseluruhan
ayat-ayatnya Makkiyyah, tidak terdapat didalamnya satupun dari ayat Madaniyyah.
Surah-surah yang termasuk kategori ini berjumlah 58 surah.
b) Surah-surah yang keseluruhan
ayat-ayatnya Madaniyyah, yang tidak terdapat di dalamnya ayat-ayat Makkiyyah.
Surah-surah yang berstatus Madaniyyah ini adalah sebanyak 18 surah.
c)
|
d) Surah-surah Madaniyyah yang di
dalamnya ada ayat Makkiyyah,; yaitu surah-surah yang kebanyakan
ayat-ayatnya berstatus Madaniyyah tetapi di dalamnya terdapat satu atau
dua ayat yang dinisbatkan kepada Makkiyyah. Surah-surah yang termasuk ke
dalam kategori ini ada enam surah.
3. Ciri-ciri khas Ayat-ayat Makkiyyah dan
Madaniyyah
a) Ciri-ciri surah Makkiyyah
1) Terdapat kata kalla di sebagian
besar atau seluruh ayatnya.
2) Terdapat sujud tilawah di sebagian atau
seluruh ayat-ayatnya.
3) Diawali huruf tahajji seperti qaf,
nun, dan ha-mim.
4) Memuat kisah Adam dan Iblis
5) Memuat kisah para Nabi dan umat-umat
terdahulu
6) Didalamnya terdapat khithab (seruan)
kepada semua manusia
7) Menyeru dengan kalimat “Anak Adam”
8) Isinnya member penekanan pada masalah
akidah
9) Ayatnya pendek-pendek
b) Ciri-ciri surah Madaniyyah
1) Terdapat kalimat “orang-orang yang
beriman” pada ayat-ayatnya.
2) Terdapat hukum-hukum faraidh, hudud dan
jihad di dalamnya.
3) Menyebut ”orang-orang munafik”
4) Memuat bantahan terhadap Ahlu
Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani).
5) Memuat hukum syara’, seperti
ibadah, mu’amalah, dan Al-ahwal Al-syakhshiyah
6) Ayatnya panjang-panjang
4. Urgensi Mempelajari dan Mengetahui Makkiyyah
dan Madaniyyah
a) Membantu dalam menafsirkan ayat-ayat
al-Qur’an.
b) Meresapi gaya bahasa al-Qur’an untuk
dimanfaatkan dalam metode dan pelaksaan dakwah sebagaimana dilaksanakan Rasulullah
Saw.
c) Mengetahui sejarah hidup Nabi dan
tahapan-tahapan dakwah yang beliau laksanakan, baik pada periode Mekah maupun
periode Medinah, sejak turun wahyu yang pertama hingga ayat yang terakhir.
5. Manfaat Mempelajari Makkiyyah dan
Madaniyyah dalam kaitannya dengan pendidikan
a) Segi bahasa menyampaian materi haruslah
lugas dan mantap (tidak ragu”).
b) Memahami perbedaan sifat dan karakter
siswa. Oleh karena itu dalam pengajaran guru ditunutut untuk menggunakan
berbagai metode belajar
B. Saran
Penyusun
menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan tugas makalah selanjutnya.

Al-Qattan, Manna
Khalil, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Cet. 16, (Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2013)
Al-Zarkasyi,
Badruddin, al-Burhani fi ‘Ulum al-Qur’an, Jilid I, (Beirut-Libanon: Dar
al-Ma’arif, 1972)
Anwar,
Rosibun, Ulumul Qur’an, (Bandung:STAIN Tulungagung, 2008)
Departemen Agama
RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya: (Edisi yang Disempurnakan),
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2009)
Djalal,
Abdul, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998)
Hermawan, Acep, ‘Ulumul
Qur’an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011)
Khalil,
Sayyid Kamal, Dirasah fi Al-Qur’an, (Mishr: Dar al-Ma’rifah, 1961)
Syihhatah,
Abdullah, ‘Ulum al-Qur’an wa al-Tafsir, (Kairo: Dar al-I’tisham,
1982)
Usman,
Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2009)
[1]Manna Khalil al-Qattan, Studi
Ilmu-ilmu Qur’an, Cet. 16, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013), 69.
[2] Sayyid Kamal Khalil, Dirasah
fi Al-Qur’an, (Mishr: Dar al-Ma’rifah, 1961), 56.
[3] Acep Hermawan, ‘Ulumul
Qur’an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011),
52.
[4]Departemen Agama RI, Mukadimah
Al-Qur’an dan Tafsirnya: (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2009), 247.
[5]Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta:
Teras, 2009), 193.
[6] Rosibun Anwar, Ulumul Qur’an,
(Bandung:STAIN Tulungagung, 2008), 107.
[7] Departemen Agama RI, Mukadimah
Al-Qur’an…, 247.
[8] Ibid., 248.
[9] Departemen Agama RI, Mukadimah
Al-Qur’an…, 248.
[10] Usman, Ulumul Qur’an…,
198-199.
[11]Abdullah Syihhatah, ‘Ulum
al-Qur’an wa al-Tafsir, (Kairo: Dar al-I’tisham, 1982), 51.
[12] Usman, Ulumul Qur’an…,199-200.
[13]
Usman, Ulumul Qur’an…,202.
[14]Abdul Djalal, Ulumul Qur’an,
(Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), 100.
[15] Manna Khalil al-Qattan, Studi
Ilmu-ilmu Qur’an…, 83.
[16]Badruddin al-Zarkasyi, al-Burhani
fi ‘Ulum al-Qur’an, Jilid I, (Beirut-Libanon: Dar al-Ma’arif, 1972), 189.
[17] Usman, Ulumul Qur’an…,205-206.
[19] Ibid., 210-213.
[21] Departemen Agama RI, Mukadimah
Al-Qur’an…, 257-258.
Comments
Post a Comment